MATERI SEJARAH PEMBEBASAN IRIAN BARAT
A. Latar
Belakang Pembebasan Irian Barat
Pengembalian Irian Barat menjadi masalah
penting bagi pemerintah Indonesia sejak tahun 1950, yaitu satu tahun setelah
penandatanganan KMB. Salah satu isi perjanjian tersebut adalah Belanda akan
menyerahkan Irian Barat kepada Indonesia satu tahun setelah pengakuan
kedaulatan. Keputusan tersebut tidak pernah ditepati oleh Belanda. Oleh karena
itu, pemerintah Indonesia berjuang dengan segala cara untuk merebut kembali
Irian Barat dari tangan Belanda.
B. Perjuangan
Pemerintah RI dalam Upaya Pembebasan Irian Barat
Dalam upaya pembebasan tersebut, bangsa
Indonesia menggunakan dua cara. Tahap pertama dengan cara diplomasi, baik
dengan Belanda maupun dalam forum internasional. Sedang tahap kedua dengan cara
konfrontasi baik konfrontasi politik, ekonomi, maupun militer. Berikut ini akan
dijelaskan secara lengkap masingmasing tahap tersebut.
1.
Perjuangan Merebut Irian Barat melalui
Diplomasi
Sekalipun pada tanggal 17 Agustus 1950
terjadi perubahan ketatanegaraan di Indonesia dari RIS menjadi NKRI, tetapi
masalah Irian Barat belum terselesaikan. Berikut ini beberapa langkah diplomasi
dalam penyelesaian Irian Barat.
a. Tanggal 4 Desember 1950 diadakan konferensi
Uni Indonesia Belanda.
Dalam konferensi itu Indonesia
mengusulkan agar Belanda menyerahkan Irian Barat secara de jure. Namun ditolak
oleh Belanda.
b. Pada bulan Desember 1951 diadakan perundingan
bilateral antara Indonesia dan Belanda.
Perundingan ini membahas
pembatalan uni dan masuknya Irian Barat ke wilayah NKRI, namun gagal.
c. Pada bulan September 1952, Indonesia mengirim
nota politik tentang perundingan Indonesia Belanda mengenai Irian Barat, namun
gagal.
d. Perjuangan Diplomasi Tingkat Internasional
1) Dalam Konferensi Colombo bulan April 1954,
Jeli Jendela Info Indonesia memajukan masalah Irian Barat. Indonesia berhasil
mendapat dukungan. Usaha membawa persoalan Irian
2) Pada tahun 1954 Indonesia mengajukan Barat
melalui PBB senantiasa gagal tidak mendapat tanggapan masalah Irian Barat dalam
sidang PBB. karena positif, sebab sebagian besar angNamun mengalami kegagalan
karena tidak gota PBB pada tahun 1955 adalah negara-negara yang men-dukung
memperoleh dukungan yang kuat.
3) Dalam KAA tahun 1955 Indonesia mendapat
Belanda. dukungan dalam masalah Irian Barat.
Hingga tahun 1956, perundingan antara
Indonesia dan Belanda mengenai masalah Irian Barat mengalami kegagalan. Karena
mengalami kegagalan dan tidak ada itikad baik dari Belanda untuk
menyelesaikannya, maka pemerintah Indonesia mengambil jalan konfrontasi.
2.
Perjuangan melalui Konfrontasi
Pemerintah Indonesia secara bertahap mulai
mengambil langkah yang konkrit dalam pembebasan Irian Barat. Langkah-langkah
tersebut dilakukan melalui konfrontasi ekonomi, politik, dan militer.
a. Konfrontasi Ekonomi
Sejak
tahun 1957 Indonesia melancarkan aksi konfrontasi dalam upaya pembebasan Irian
Barat. Jalan konfrontasi yang pertama ditempuh adalah konfrontasi bidang
ekonomi. Bentuk konfrontasi ekonomi dilakukan dengan tindakan-tindakan berikut.
1) Nasionalisasi de javasche Bank menjadi Bank
Indonesia tahun 1951.
2) Pemerintah Indonesia melarang maskapai
penerbangan Belanda (KLM) melakukan penerbangan dan pendaratan di wilayah
Indonesia.
3) Pemerintah Indonesia melarang beredarnya
terbitan berbahasa Belanda.
4) Pemogokan buruh secara total pada
perusahanperusahaan Belanda di Indonesia yang memuncak pada tanggal 2 Desember
1957.
5) Semua perwakilan konsuler Belanda di
Indonesia dihentikan mulai 5 Desember 1957
Pada saat itu juga dilakukan aksi
pengambilalihan atau nasionalisasi secara sepihak terhadap perusahaan-perusahaan
Belanda di Indonesia. Perusahaanperusahaan tersebut antara lain Netherlandsche
Handel Maatscappij (NHM) menjadi Bank Dagang Negara, Bank Escompto, dan
percetakan de Unie.
Tindakan
Indonesia yang mengambil alih seluruh modal dan perusahaan Belanda menimbulkan
kemarahan Belanda, bahkan negara-negara Barat sangat terkejut atas tindakan
Indonesia tersebut. Akibatnya hubungan Indonesia-Belanda semakin tegang, bahkan
PBB tidak lagi mencantumkan masalah Irian Barat dalam agenda sidangnya sejak
tahun 1958.
b . Konfrontasi Politik
Di samping melalui konfrontasi ekonomi,
pemerintah RI juga melakukan konfrontasi politik. Pada tahun 1956 secara
sepihak Indonesia membatalkan hasil KMB yang dikukuhkan dalam UU No 13 tahun 1956.
Kemudian untuk mengesahkan kekuasaannya atas Irian Barat, maka pada tanggal 17
Agustus 1956 pemerintah Indonesia membentuk Provinsi Irian Barat dengan
ibukotanya Soa Siu. Wilayahnya meliputi wilayah yang diduduki Belanda serta
daerah Tidore, Oba, Weda, Patani, dan Wasile. Gubernurnya yang pertama adalah
Zainal Abidin Syah. Selanjutnya dibentuk Partai Persatuan Cenderawasih dengan
tujuan untuk dapat segera menggabungkan wilayah Irian Barat ke dalam RI.
Pada tanggal 4 Januari 1958 pemerintah
membentuk Front Nasional Pembebasan Irian Barat (FNPIB). Tujuannya untuk
mengerahkan massa dalam upaya pembebasan Irian Barat. Ketegangan
Indonesia-Belanda makin memuncak ketika Indonesia memutuskan hubungan
diplomatik dengan Belanda pada tanggal 17 Agustus 1960.
c. Konfrontasi Militer
Untuk
meningkatkan perjuangan, Dewan Pertahanan Nasional merumuskan Tri Komando
Rakyat (TRIKORA) yang dibacakan Presiden Soekarno tanggal 19 Desember 1961 di
Yogyakarta. Tri Komando Rakyat (Trikora) tersebut berisi:
a.
Gagalkan pembentukan negara boneka Papua buatan Belanda
b.
Kibarkan Sang Merah Putih di Irian Barat, tanah air
Indonesia
c.
Bersiaplah untuk mobilisasi umum guna mempertahankan
kemerdekaan dan kesatuan tanah air dan bangsa.
Dengan diucapkannya Trikora maka dimulailah
konfrontasi melawan Belanda. Pada tanggal 2 Januari 1962, Presiden Soekarno
mengeluarkan keputusan No. 1 tahun 1962 untuk membentuk Komando Mandala
Pembebasan Irian Barat.
3.
Awal tahun 1964, fase konsolidasi dengan
mendudukkan kekuasaan-kekuasaan RI secara mutlak di seluruh Irian Barat.
Pada
tanggal 15 Januari 1962 terjadi peristiwa Laut Aru. Ketiga MTB yaitu MTB RI
Macan Tutul, MTB RI Harimau, dan MTB Macan Kumbang diserang oleh Belanda dari
laut dan udara. Ketika itu ketiga kapal sedang mengadakan patroli di Laut Aru.
Komodor Yos Sudarso segera
mengambil alih komando MTB Macan Tutul dan memerintahkan kedua MTB lainnya
mundur untuk menyelamatkan diri. Dalam pertempuran tersebut, akhirnya MTB Macan
Tutul bersama Kapten Wiratno dan Komodor Yos Sudarso terbakar dan tenggelam.
Dalam
rangka konfrontasi, pemerintah mengadakan operasi militer. Operasi militer yang
dilaksanakan antara lain Operasi Serigala (di Sorong Jeli Jendela Info dan
Teminabuan), Operasi Naga (di Merauke), Operasi Banteng Ketaton (di Fak-Fak dan
Kaimana), dan Untuk mengenang peristiwa perOperasi Jaya Wijaya. Operasi yang
terakhir tempuran di Laut Aru pada tanggal 15 Januari 1962, setiap tanggal 15
dilaksanakan adalah Operasi Wisnumurti. Operasi ini Januari diperingati sebagai
hari dilaksanakan saat penyerahan Irian Barat kepada RI peristiwa laut/samudra.
tanggal 1 Mei 1963. Pada tanggal yang sama Komando Mandala juga secara resmi
dibubarkan.
C.
Pelaksanaan Pepera di Irian Barat
Konfrontasi
Indonesia dengan Belanda mengenai Irian Barat mendapat perhatian dunia. Badan
PBB pun mulai menunjukkan perhatiannya dengan mengutus Ellsworth Bunker
(seorang diplomat Amerika Serikat) untuk menengahi perselisihan antara
Indonesia dan Belanda. Bunker mengajukan rencana penyelesaian Irian Barat yang
terkenal dengan nama Rencana Bunker (Bunker’s
Plan). Berikut ini isi Rencana Bunker.
1.
Belanda
menyerahkan Irian Barat kepada Indonesia melalui UNTEA.
2.
Rakyat
Irian Barat harus diberi kesempatan untuk menentukan pendapat, apakah ingin
memisahkan diri atau tetap bersatu dengan RI.
3.
Pelaksanaan
penyelesaian Irian Barat selesai dalam jangka waktu dua tahun.
4.
Untuk
menghindari bentrokan fisik di antara pihak yang bersengketa diadakan masa
peralihan di bawah pengawasan PBB selama satu tahun.
penyerahan Irian Pemerintah RI menyetujui usul
tersebut, namun Belanda menolaknya. Amerika Serikat yang semula mendukung
posisi Belanda, berbalik menekan Belanda agar mau berunding dengan Indonesia.
Akhirnya pada tanggal 15 Agustus 1962, Belanda bersedia berunding dengan
Indonesia. Perundingan itu menghasilkan kesepakatan yang diberi nama Perjanjian
New York. Berikut ini isi Perjanjian New York.
1.
Penghentian
permusuhan.
2.
Setelah
persetujuan disahkan, paling lambat 1 Oktober 1962 UNTEA menerima Irian Barat
dari Belanda. Sejak saat itu, bendera Belanda diturunkan dan diganti dengan
bendera PBB.
3.
Pasukan
Indonesia tetap tinggal di Irian Barat yang berstatus di bawah UNTEA.
4.
Angkatan
Perang Belanda dan pegawai sipilnya berangsur-angsur dipulangkan dan harus
selesai paling lambat 11 Mei 1963.
5.
Bendera
Indonesia mulai berkibar 31 Desember 1962 di samping bendera PBB.
6.
Pemerintah
RI menerima pemerintahan di Irian Barat pada tanggal 1 Mei 1963.
7.
Pada
tahun 1969 diadakan Penentuan Rakyat (Pepera).
Sebagai tindak lanjut dari Persetujuan New
York, Sekjen PBB menunjuk Rolsz Bennet dari Guatemala sebagai Gubernur UNTEA
merangkap wakil Sekjen PBB di Irian Barat. Berdasar Persetujuan New York tahun
1962, di Irian Barat “act of free choice” atau Penentuan Pendapat Rakyat
(pepera). Dewan Musyawarah Pepera dengan suara bulat memutuskan bahwa Irian
Barat tetap merupakan bagian dari Republik Indonesia.
D.
Apa Peranan UNTEA Dalam Peristiwa
Pengembalian Irian Barat ?
Otoritas
Eksekutif Sementara Perserikatan Bangsa-Bangsa (bahasa Inggris: United Nations
Temporary Executive Authority, disingkat UNTEA) adalah sebuah badan pelaksana
sementara PBB yang berada di bawah kekuasaan Sekretaris Jendral PBB. UNTEA
adalah badan pemerintah PBB yang bertugas menjalankan pemerintahan sementara di
Irian Barat selama masa peralihan.UNTEA dikepalai oleh seorang yang diangkat
oleh Sekjen PBB dengan persetujuan antara Indonesia dan Belanda dengan
menjalankan pemerintahan Irian Barat dalam waktu satu tahun. UNTEA dibentuk
karena terjadinya konflik antara Indonesia dan Belanda dalam permasalahan
status Irian Barat, sehingga badan ini merupakan pengawas di Irian Barat
setelah Persetujuan New York.
Peran UNTEA dalam pengembalian Irian Barat
adalah :
1.
Menerima penyerahan pemerintahan atau wilayah Irian Barat
dari pihak Belanda.
2.
Menyelenggarakan pemerintahan yang stabil di Irian Barat
selama suatu masa tertentu.
3.
Menyerahkan pemerintahan atas Irian Barat kepada pihak
Republik Indonesia.
E.
Keterkaitan AS dan Uni Soviet
dalam Kilas Balik Pembebasan Irian Barat
1. Peranan Uni Soviet
Uni Soviet ternyata punya peranan
penting dalam membantu pembebasan Irian Barat atau sekarang lebih dikenal
dengan Papua. Campur tangan positif Soviet terlihat dalam beberapa bantuan yang
diberikannya kepada Pemerintah Indonesia ketika itu.
Presiden Pertama Indonesia,
Sukarno menjelaskan, saat Indonesia merdeka dan kemerdekaan diakui Belanda
hanya tinggal Irian Barat yang belum mendapat pengakuan sebagai bagian NKRI. Sukarno
pun mulai bergerak untuk membebaskan Irian Barat. Upaya ia mulai dengan
melakukan negosiasi dengan Belanda. Namun, langkah itu gagal. Setelah itu,
Sukarno mencoba menggalang dukung melalui PBB. Hasilnya ternyata sama saja.
Tak patah arang, sang proklamator, memutuskan mengunjungi Moskow. Di sana, dirinya bersama pemimpin Soviet ia membahas permasalahan Irian Barat. Pemimpin Soviet Nikita Khrushchev, yang mendukung gerakan antikolonialisme di Asia dan Afrika, dengan cepat mengumumkan dukungannya terhadap Indonesia. Dukungan Moskow ditunjukan dengan mempersenjatai angkatan bersenjata Indonesia.
Tak patah arang, sang proklamator, memutuskan mengunjungi Moskow. Di sana, dirinya bersama pemimpin Soviet ia membahas permasalahan Irian Barat. Pemimpin Soviet Nikita Khrushchev, yang mendukung gerakan antikolonialisme di Asia dan Afrika, dengan cepat mengumumkan dukungannya terhadap Indonesia. Dukungan Moskow ditunjukan dengan mempersenjatai angkatan bersenjata Indonesia.
Dari media 1950-an hingga akhir
era Orde Lama, Soviet menyuplai Indonesia satu kapal penjelajah, 14 kapal
perusak, delapan kapal patroli antikapal selam, 20 kapal rudal, beberapa kapal
torpedo bermotor dan kapal meriam, serta kendaraan-kendaraan lapis baja dan
amfibi, helikopter, dan pesawat pengebom.
Dipasoknya senjata dari Uni Soviet membuat Indonesia terlibat konforntasi dengan Belanda pada 1960. Fase akhir konfrontasi ini pun akhirnya tak cuma melibatkan RI-Belanda. AS dan NATO akhirnya turun tangan.
Melihat kondisi seperti itu, Menlu Indonesia Subandrio memilih terbang ke Soviet untuk kembali bertemu Khrushchev. Subandrio akhirnya memberi tahu hasil pembincaraannya pada AS. Negeri Paman Sam akhirnya mengambil keputusan besar yang sangat terkait dengan keinginan mereka menghindari potensi pecahnya kembali perang dunia.
Akhirnya di bawah tekanan AS, pada Agustus 1962, Belanda sepakat menyerahkan Irian Barat ke Otoritas PBB (UNTEA). Di 1963, wilayah Irian Barat akhirnya diserahkan kepada Indonesia.
Dipasoknya senjata dari Uni Soviet membuat Indonesia terlibat konforntasi dengan Belanda pada 1960. Fase akhir konfrontasi ini pun akhirnya tak cuma melibatkan RI-Belanda. AS dan NATO akhirnya turun tangan.
Melihat kondisi seperti itu, Menlu Indonesia Subandrio memilih terbang ke Soviet untuk kembali bertemu Khrushchev. Subandrio akhirnya memberi tahu hasil pembincaraannya pada AS. Negeri Paman Sam akhirnya mengambil keputusan besar yang sangat terkait dengan keinginan mereka menghindari potensi pecahnya kembali perang dunia.
Akhirnya di bawah tekanan AS, pada Agustus 1962, Belanda sepakat menyerahkan Irian Barat ke Otoritas PBB (UNTEA). Di 1963, wilayah Irian Barat akhirnya diserahkan kepada Indonesia.
2.
Peranan
Amerika Serikat (AS)
Amerika punya
alasan kuat untuk mencampuri status Irian Barat. Konteks Perang Dingin, misalnya,
menjadi salah satu pertimbangan Amerika. Terlebih lagi, Soviet telah bermanuver
untuk mendekatkan diri kepada Indonesia demi memperkuat hegemoninya.
Naiknya John F.
Kennedy sebagai Presiden AS pada 1961 membuat persaingan dengan Soviet,
khususnya untuk kawasan timur jauh semakin memanas. Kennedy menegaskan, AS
bersedia membantu Indonesia untuk mengatasi masalah Irian Barat. Kennedy bahkan
sudah menyiapkan paket bantuan ekonomi kepada Indonesia sebesar 18 juta dolar
AS untuk mengalihkan kedekatan Sukarno dengan Uni Soviet (Mochtar Lubis,
Catatan Subversif, 1980: 239). Di sisi lain, AS menekan Belanda agar bersedia
berembug dengan Indonesia untuk membicarakan status wilayah Papua bagian barat.
Jika tidak, Kennedy mengancam akan menghentikan bantuan AS kepada Belanda.
Selain
kepentingan politik yang diusung Kennedy, Amerika ternyata juga punya ambisi
yang lebih menggiurkan dalam urusan ini, yakni terkait dugaan kandungan emas
dan mineral berharga yang sangat besar di bumi Papua. Setelah Kennedy tewas ditembak
pada 22 November 1963, kebijakan pemerintah AS di bawah pimpinan Lyndon B.
Johnson berubah, termasuk mengurangi bantuan kepada Indonesia yang disetujui
Kennedy. Dari pergantian rezim inilah, nantinya, Freeport perlahan-lahan masuk
untuk menggerus kekayaan Papua seiring tumbangnya Sukarno yang kemudian
digantikan Soeharto.
Dengan demikian,
Amerika punya dua agenda besar untuk memuluskan kepentingannya di Irian Barat
meskipun dari dua presiden yang berbeda, seperti yang ditulis Beni Pakage dalam
artikelnya “Kedudukan Orang Papua dalam Perjanjian New York” di Suara Papua, 14
Agustus 2016:
“Amerika telah
turut bermain sebagai pihak pertama dalam kasus New York Agreement 15 Agustus
1962 untuk kepentingannya. Baik demi kepentingan melawan masuknya Indonesia
dalam jaringan Soviet, maupun untuk penguasaan kekayaan alam Papua melalui
Indonesia.”
Tanggal 1 Mei
1963, wilayah Papua bagian barat akhirnya resmi diserahkan kepada Indonesia
dari Belanda melalui mediasi UNTEA, meskipun terdengar suara-suara yang mengecam
lantaran tidak dilibatkannya orang-orang Papua dalam Perjanjian New York
tersebut.
Setelah referendum 1969, atau yang dikenal sebagai
Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera), rakyat Irian
Barat dengan
suara bulat memilih bergabung dengan Indonesia. Meskipun dibantah oleh beberapa
pengamat Barat, hasil referendum diterima oleh Amerika Serikat, Uni Soviet,
Australia, serta 81 anggota PBB lainnya.
KOMENTAR :
Upaya penyelesaian Irian Barat dimulai sejak tahun 1950.
Pada awalnya menempuh langkah diplomasi bilateral dan internasional, namun
selalu mengalami kegagalan. Mengingat upaya diplomasi selalu mengalami
kegagalan, maka pemerintah RI menempuh cara konfrontasi baik konfrontasi
ekonomi, politik, maupun operasi militer. Konflik antara Indonesia - Belanda
mengenai masalah Irian Barat mencapai titik temu dengan ditandatanganinya
Perjanjian New York tanggal 15 Agustus 1962. Akhir dari konflik pembebasan
Irian Barat adalah diselenggarakannya Pepera tahun 1969 yang menghasilkan
keputusan bahwa rakyat Irian Barat bergabung dengan NKRI.
Perjuangan bangsa Indonesia untuk merebut kembali Irian
Barat sangat berat. Dimana Pemerintah sangatlah berupaya dalam menjaga
integrasi bangsa, demi keutuhan dari NKRI itu sendiri. Oleh karena itu sebagai
generasi muda, hendaknya menghargai jasa para pahlawan dengan menjaga keutuhan
bangsa dan negara.
Namun pada kenyataanya sekarang, sejak UNTEA menyarahkan
Irian Barat kepada Indonesia pada 1 Mei 1963 hingga sekarang, Mengapa Indonesia
tidak berhasil mengindonesiakan orang Papua dalam kurun waktu yang sama?
Padahal, bersama wilayah Nusantara lainnya, Papua memiliki sejarah, Penjajahan,
dan posisi geografis yang sama , dengn cita cita yang sama pula yaitu merdeka,
adil, makmur dan bebas dari penindasan. Dan Kenyataannya sekarang Harapan agar
otonomi khusunya pembangunan di Papua berjalan sesuai kondisi ekonomiserta
sosial dan buday rakyat Papua belum terealisasikan hingga sekarang. Masih
banyak kemiskinan, kebodohan, kesehatan yang buruk, ketidakadilan, dan truma
akibatkekerasan (5K). Bahkan di antara mereka tersandra stigma separatisme.
Maka negara harus mampu menghilangkan resah takut
khususnya pada Rakyat Papua, agar kontrak sosial kebangsaan yang kita sepakati
bersama menuju format Indonesia Baru yang lebih demokratis, adil, dan taat
hukum dapat terwujud. Di samping itu, sebagai warga negara Indonesia kita juga
perlu menjunjung tinggi Bhinekka Tunggal Ika dengan meningkatkan nasionalisme
dan perasaan bangga akan jati diri sebagai bagian dari bangsa Indonesia dan
tidak membeda bedakan satu sama lain hanya berdasarkan ras, agama, suku, adat
istiadat, budaya dan lain sebagainnya. Karena NKRI adalah Harga Mati.
Daftar Pustaka :
Ringkasan Materi Pembebasan Irian Barat
Reviewed by Lilis Mardiana
on
December 17, 2018
Rating:
TERIMA KASIH TELAH MEMBANTU SAYA!!
ReplyDeleteTerima kasih kembali, senang bisa membantu ^^
Delete